Senin, 07 Januari 2013

Bidang Pribadi



                                PERKEMBANGAN IDENTITAS DIRI(self identity)
        Identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat         dia memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang (Erikson, 1968).
    Ninin Kholida Mulyono dalam skripsinya berjudul PROSES PENCARIAN IDENTITAS DIRI PADA REMAJA MUALLAF  menyertakan pendapat Steinberg bahwa  Perkembangan identitas diri merupakan sebuah proses yang kompleks, sehingga akan lebih mudah dipahami sebagai sebuah rangkaian interaksi proses perkembangan daripada dipandang sebagai kejadian tunggal (Steinberg, 2002, h. 257).   
     Mengingat kompleksnya pembahasan tentang perkembangan identitas diri pada remaja, Steinberg (2002, h. 257-258) memilah tiga macam pendekatan yang digunakan oleh para ahli dalam merumuskan perkembangan identitas diri, yakni pendekatan yang bertumpu pada konsep diri/self concept, pendekatan yang berangkat dari konsep harga diri/self esteem, dan pendekatan yang ketiga menekankan pada kesadaran terhadap identitas/sense of identity. Teori Erikson dan Marcia termasuk dalam pendekatan yang ketiga.
   Pembedaan ini pada dasarnya hanya untuk memfokuskan pembahasan para ahli. Namun secara umum terdapat irisan antara tiga pendekatan ini dalam mendefinisikan identitas diri sebagai suatu bagian dari kepribadian yang mencakup bagaimana individu menerima, mendefinisikan, memahami serta mengarahkan dirinya sebagai pribadi yang utuh.
   Identitas diri merupakan potret diri  yang meliputi berbagai hal (santrock, 2008) sebagai berikut.
a.    Vocational/career identity, yaitu karir atau pekerjaan yang diinginkan seseorang untuk menjalaninya
b.    Political identity, yaitu arah sikap politik seseorang, seperti apakah konservatif atau liberal.
c.    Religius identity yaitu keyakinan spritual seseorang.
d.    Relatioship identity, yaitu terkai dngan status seorang apakah lajang, suah nikah atau rcerai.
e.    Achievement, intellectual identity yaitu motivasi seseorang  untuk beprestasi atau atau mencapai ntelektualitas yang tinggi.
f.    Sexual idenity yaitu menyankut orientasi sekual seseorang, apakah heterseksual, atau biseksual.
g.    Cultural/ethnik identity, yaitu terkait dengan warisan budaya yang mjadi rujukan identifikas seseorang secara intensif.
h.  Interest identity, yaitu sesuatu yang disenangi seseorang untuk melakukannya, seperti olahraga mus, dan hoby.
i.            Personality identity, yaitu terkait dengan karakteristik kepribaan individu, seperti introver, atau extover, cemas atau tenang  bersahabat atau bermusuhan.
j.           Physikal identity yaitu citra indivdu terhadap individunya.
       Kapan identitas diri individu berkembang ? Menurut erikson identitas diri  berkembang pada usia remaja,pada tahap perrkembangan kelima, yaitu identity vs identity confusion (kebingungan identitas/peran).  Erikson menambahkan  identitas selain sebagai konsepsi tentang diri, juga sebagai  penentuan tujuan, nilai, dan keyakinana yang di pegang teguh oleh seseorang. Tugas utama remaja adalah memecahkan krisis identitas, untuk dapat menjadi orang dewasa yang memahami dirinya secara utuh, dan memahami perannya di masyarakat.
Krisis identitas terjadi,apabiala remaja tidak mampu memilih di antara berbagai alternatif yang bermakna. Remaja di katakan telah menemukan identitas dirinya ( self-identity) ketika berhasil memecahkan ketiga masalah utama, yaitu pilihan pekerjaan,adopsi nilai yang di yakini dan di jalani, dan perkembangan identitas seksual yang memuaskan. Dapat juga di kemukakan bahwa remaja di pandang telah memiliki identitas diri yang matang (sehat tidak mengalami kebingungan), apabila sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap diri sendiri,perananya dalam kehidupan sosial (di lingkungan keluarga, sekolah ,teman sebaya atau masyarakat), pekerjaan dan nilai-nilai agama.
Remaja yang gagal menemukan identitas dirinya atau mengalami kebingungan identitas, cenderung menampilkan perilaku meyimpang atau aneh-aneh.perilaku menyimpang itu seperti dalam penampilan diri dan cara berpakaian (memakai celana dan baqju dan sobek-sobek, anggota badan tertentu di tato, rambut di punk dan di cat warna-warni), berkata kasar (tidak sopan/santun) senang mengonsumsi minuman keras, dan melakukan tindak kriminal.
Untuk memfasilitasi perkembangan identitas diri remaja yang sehat, dan mencegah terjadinya kebingungan identitas, maka pihak orang tua di lingkungan keluarga, guru di lingkungan sekolah, dan orang dewasa lainnya di lingkungan masyarakat hendaknya melakukan hal-hal berikut.
a.    Memberi contoh atau teladan tentang sikap jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan perannya masing-masing.
b.    Menciptakan iklim kehidupan sosial harmonis, jauh dari gejolak atau konflik.
c.    Menciptakan lingkungan hidup yang bersih ,tertib sehat dan indah
d.    Memberikan kesempatan kepada remaja untuk berpendapat mengajukan gagasan atau berdialog.
e.    Memfasilitasi remaja untuk mewujukan kreativisnya baik dalam bidang seni, maupun bidan keilmuan.
f.    Memberikan infomasi kepadaremaja tentang oang-orang suses, dan bagaimana proses mencapai kesuksesanya  tersebut.
g.    Menapilkan perilaku yang sesuai dengan karakter atau nilai-nilai akhlak mulia.
h.    Meberi cintoh dalambersikap danberperilaku yang tekait dengan nilai-nilai budaya cinta tanah air patrioisme dan nasionalisme.
REFERENSI
-          Mulyono, Ninin Kholida. 2007. Proses Pencarian Identitas Diri Pada Remaja Muallaf. Skripsi. Semarang: Universitas Dipinegoro
-          Yusuf dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

                                                                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar