PERKEMBANGAN
IDENTITAS DIRI(self identity)
Identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang (Erikson, 1968).
Ninin Kholida Mulyono dalam skripsinya berjudul PROSES PENCARIAN IDENTITAS DIRI PADA REMAJA MUALLAF menyertakan pendapat Steinberg bahwa Perkembangan identitas diri merupakan sebuah proses yang kompleks, sehingga akan lebih mudah dipahami sebagai sebuah rangkaian interaksi proses perkembangan daripada dipandang sebagai kejadian tunggal (Steinberg, 2002, h. 257).
Mengingat kompleksnya pembahasan tentang perkembangan identitas diri pada remaja, Steinberg (2002, h. 257-258) memilah tiga macam pendekatan yang digunakan oleh para ahli dalam merumuskan perkembangan identitas diri, yakni pendekatan yang bertumpu pada konsep diri/self concept, pendekatan yang berangkat dari konsep harga diri/self esteem, dan pendekatan yang ketiga menekankan pada kesadaran terhadap identitas/sense of identity. Teori Erikson dan Marcia termasuk dalam pendekatan yang ketiga.
Pembedaan ini pada dasarnya hanya untuk memfokuskan pembahasan para ahli. Namun secara umum terdapat irisan antara tiga pendekatan ini dalam mendefinisikan identitas diri sebagai suatu bagian dari kepribadian yang mencakup bagaimana individu menerima, mendefinisikan, memahami serta mengarahkan dirinya sebagai pribadi yang utuh.
Identitas diri merupakan potret diri yang meliputi berbagai hal (santrock, 2008) sebagai berikut.
Identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang (Erikson, 1968).
Ninin Kholida Mulyono dalam skripsinya berjudul PROSES PENCARIAN IDENTITAS DIRI PADA REMAJA MUALLAF menyertakan pendapat Steinberg bahwa Perkembangan identitas diri merupakan sebuah proses yang kompleks, sehingga akan lebih mudah dipahami sebagai sebuah rangkaian interaksi proses perkembangan daripada dipandang sebagai kejadian tunggal (Steinberg, 2002, h. 257).
Mengingat kompleksnya pembahasan tentang perkembangan identitas diri pada remaja, Steinberg (2002, h. 257-258) memilah tiga macam pendekatan yang digunakan oleh para ahli dalam merumuskan perkembangan identitas diri, yakni pendekatan yang bertumpu pada konsep diri/self concept, pendekatan yang berangkat dari konsep harga diri/self esteem, dan pendekatan yang ketiga menekankan pada kesadaran terhadap identitas/sense of identity. Teori Erikson dan Marcia termasuk dalam pendekatan yang ketiga.
Pembedaan ini pada dasarnya hanya untuk memfokuskan pembahasan para ahli. Namun secara umum terdapat irisan antara tiga pendekatan ini dalam mendefinisikan identitas diri sebagai suatu bagian dari kepribadian yang mencakup bagaimana individu menerima, mendefinisikan, memahami serta mengarahkan dirinya sebagai pribadi yang utuh.
Identitas diri merupakan potret diri yang meliputi berbagai hal (santrock, 2008) sebagai berikut.
a.
Vocational/career identity, yaitu karir atau
pekerjaan yang diinginkan seseorang untuk menjalaninya
b.
Political identity, yaitu arah sikap politik
seseorang, seperti apakah konservatif atau liberal.
c.
Religius identity yaitu keyakinan spritual
seseorang.
d.
Relatioship identity, yaitu terkai dngan status
seorang apakah lajang, suah nikah atau rcerai.
e.
Achievement, intellectual identity yaitu motivasi
seseorang untuk beprestasi atau atau
mencapai ntelektualitas yang tinggi.
f.
Sexual idenity yaitu menyankut orientasi sekual
seseorang, apakah heterseksual, atau biseksual.
g.
Cultural/ethnik identity, yaitu terkait dengan
warisan budaya yang mjadi rujukan identifikas seseorang secara intensif.
h. Interest identity, yaitu sesuatu yang disenangi
seseorang untuk melakukannya, seperti olahraga mus, dan hoby.
i. Personality identity, yaitu terkait dengan
karakteristik kepribaan individu, seperti introver, atau extover, cemas atau
tenang bersahabat atau bermusuhan.
j. Physikal identity yaitu citra indivdu terhadap
individunya.
Kapan identitas diri individu berkembang ? Menurut erikson identitas diri berkembang pada usia remaja,pada tahap perrkembangan kelima, yaitu identity vs identity confusion (kebingungan identitas/peran). Erikson menambahkan identitas selain sebagai konsepsi tentang diri, juga sebagai penentuan tujuan, nilai, dan keyakinana yang di pegang teguh oleh seseorang. Tugas utama remaja adalah memecahkan krisis identitas, untuk dapat menjadi orang dewasa yang memahami dirinya secara utuh, dan memahami perannya di masyarakat.
Kapan identitas diri individu berkembang ? Menurut erikson identitas diri berkembang pada usia remaja,pada tahap perrkembangan kelima, yaitu identity vs identity confusion (kebingungan identitas/peran). Erikson menambahkan identitas selain sebagai konsepsi tentang diri, juga sebagai penentuan tujuan, nilai, dan keyakinana yang di pegang teguh oleh seseorang. Tugas utama remaja adalah memecahkan krisis identitas, untuk dapat menjadi orang dewasa yang memahami dirinya secara utuh, dan memahami perannya di masyarakat.
Krisis
identitas terjadi,apabiala remaja tidak mampu memilih di antara berbagai
alternatif yang bermakna. Remaja di katakan telah menemukan identitas dirinya (
self-identity) ketika berhasil memecahkan ketiga masalah utama, yaitu pilihan
pekerjaan,adopsi nilai yang di yakini dan di jalani, dan perkembangan identitas
seksual yang memuaskan. Dapat juga di kemukakan bahwa remaja di pandang telah
memiliki identitas diri yang matang (sehat tidak mengalami kebingungan),
apabila sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
diri sendiri,perananya dalam kehidupan sosial (di lingkungan keluarga, sekolah
,teman sebaya atau masyarakat), pekerjaan dan nilai-nilai agama.
Remaja yang gagal menemukan identitas dirinya atau mengalami kebingungan identitas, cenderung menampilkan perilaku meyimpang atau aneh-aneh.perilaku menyimpang itu seperti dalam penampilan diri dan cara berpakaian (memakai celana dan baqju dan sobek-sobek, anggota badan tertentu di tato, rambut di punk dan di cat warna-warni), berkata kasar (tidak sopan/santun) senang mengonsumsi minuman keras, dan melakukan tindak kriminal.
Remaja yang gagal menemukan identitas dirinya atau mengalami kebingungan identitas, cenderung menampilkan perilaku meyimpang atau aneh-aneh.perilaku menyimpang itu seperti dalam penampilan diri dan cara berpakaian (memakai celana dan baqju dan sobek-sobek, anggota badan tertentu di tato, rambut di punk dan di cat warna-warni), berkata kasar (tidak sopan/santun) senang mengonsumsi minuman keras, dan melakukan tindak kriminal.
Untuk
memfasilitasi perkembangan identitas diri remaja yang sehat, dan mencegah
terjadinya kebingungan identitas, maka pihak orang tua di lingkungan keluarga,
guru di lingkungan sekolah, dan orang dewasa lainnya di lingkungan masyarakat
hendaknya melakukan hal-hal berikut.
a.
Memberi contoh atau teladan tentang sikap jujur
dan bertanggung jawab dalam menjalankan perannya masing-masing.
b.
Menciptakan iklim kehidupan sosial harmonis, jauh
dari gejolak atau konflik.
c.
Menciptakan lingkungan hidup yang bersih ,tertib
sehat dan indah
d.
Memberikan kesempatan kepada remaja untuk
berpendapat mengajukan gagasan atau berdialog.
e.
Memfasilitasi remaja untuk mewujukan kreativisnya
baik dalam bidang seni, maupun bidan keilmuan.
f.
Memberikan infomasi kepadaremaja tentang
oang-orang suses, dan bagaimana proses mencapai kesuksesanya tersebut.
g.
Menapilkan perilaku yang sesuai dengan karakter
atau nilai-nilai akhlak mulia.
h.
Meberi cintoh dalambersikap danberperilaku yang
tekait dengan nilai-nilai budaya cinta tanah air patrioisme dan nasionalisme.
REFERENSI
-
Mulyono, Ninin Kholida. 2007. Proses Pencarian Identitas
Diri Pada Remaja Muallaf. Skripsi. Semarang: Universitas Dipinegoro
-
Yusuf dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar