Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat dilepaskan dari
situasi, yakni situasi kebersamaan dan situasi sosial. Situasi sosial yang
menimbulkan terjadinya interaksi antara kita dengan orang lain. Dalam sistuasi
sosial yang perlu dibicarakan adalah Norma sosial dan keanggotaan dalam
kelompok dan luar kelompok. Pemahaman terhadap norma yang berlaku dalam situasi
sosial membantu kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kelompok, melakukan dan memberikan kontribusi terbaik
dalam kelompok, serta dapat bekerja sama dengan anggota yang lain untuk
mencapai tujuan kelompok yang telah ditetapkan. Karena pada hakikatnya salah satu
indikator individu telah mengalami perkembangan apabila telah mampu
bersosialisasi dengan baik dengan lingkunganya.
1 . Group Social And Social Norms ( Kelompok Sosial dan Norma Sosial )
a. Kelompok Sosial
Dalam kelompok sosial individu telah melakukan interaksi
yang mendalam satu sama lain seperti individu telah bercakap-cakap satu sama
lain . Individu bekerja sama dalam kelompok tersebut , atau individu berperan
sebagi pemimpin untuk mencapai tujuan. Brodbeck dalam Santoso (2010:4)
mengemukakan kelompok sosial “ Is an aggregate individuals standing in certain
descriptive relations to each other ” (kelompok sosial adalah kumpulan individu
yang tediri atas kejelasan hubungan satu sama lain). Smith mengemukakan
kelompok sosial sebagai suatu kesatuan yang berisi anggota yang banyak dari
kelompok terpisah yang mempunyai persepsi kelompok dari kesatuannya dan yang
mempunyai kecakapan atau kecenderungan bertindak atau berbuat di dalam cara
yang sama terhadap lingkungannya (dalam Santoso 2010:4)
dari defenisi di atas, terdapat perbedaan cara pandang
terhadap kelompok sosial, namun cara pandang ini akan melengkapi pengertian
kelompok sosial satu sama lain. artinya kelompok sosial bercirikan:
a. Sekumpulan individu.
b. Ada interaksi satu
sama lain
c. Ada kesatuan, baik dalam persepsi maupun berbuat
Adanya kesatuan baik persepsi, maupun berbuat dari
anggota-anggota kelompok sosial, dapat dipahami karena tiap-tiap kelompok
sosial mempunyai norma sosial.
b. Norma Sosial
Muzafer Sherif dalam Santoso (2010:4) mengemukakan norma
sosial “is to cover the accepted rules, custom, attitudes, values, and other
standart found and every esthablished social group.” (Norma sosial adalah untuk
menguasai penerimaan aturan, kebiasaan, sikap, nilai, dan standar lain yang
dijumpai dalam setiap kelompok sosialnya yang terbangun) sejalan dengan itu,
Kingseley Davis dalam buku Penerapan Psikologi Sosial mengatakan bahwa konsep
norma sosial termasuk defenisinya adalah suatu perasaan ketaatan dimana
individu suatu situasi yang akan , harus mengikuti tingkah laku secara
nyata.dalam hal ini, norma sosial pada umumnya membedakan apa yang disebut
tingkah laku kebiasaan, keharusan, kebiasaan dengan sanksi dan hukum ).
Jelaslah bahwa norma sosial mengikuti tingkah laku setiap
individu di dalam kelompoknya dan menyebabkan individu mempunyai ketaatan pada
kelompoknya juga.
Latar belakang timbul dan keberadaan norma sosial dijelaskan
Muzafir Sherif (dalam Santoso, 2010:6) sebagai berikut “That socially accepted
on observed, social norm are set up in
the course of social interaction” (bahwa diterima dan dilaksanakan norma sosial
secara sosial adalah berada dalam aliran interaksi sosial). Dalam kehidupan
sehari-hari individu mempelajati norma sosial dalam kelompok, juga pada
interaksi sosial individu yang bersangkutan dengan individu lain dalam
kelompoknya.
Dalam Psikologi sosial cara-cara belajar individu :
a. Attention in paid by watching are listening to modal
performance behavior. (perhatian yang dibayar dengan memerhatikan dan
mendengarkan pada model bentuk tingkah laku)
b. Retention of the behavior occurs in memory. (perhatian
kembali pada tingkah laku yang terjadi dalam pengalaman)
c. Motor reproduction of the behavior convert the symbols
stored in the memory into the approriate act it self. (Gerak Produksi kembali
dari mengubah simbol tingkah laku yang disediakan dalam pengalaman, kedalam
kegiatan yang sesuai itu sendiri).
d. Motivation for performance of the act persuades the subject
not just to show that he or she can do it, but to set on with actually doing
it. (Dorongan terhadap bentuk kegiatan yang meyakinkan orang bukan menunjukan
ia dapat mengerjakan itu tetapi memjaukan mengerjakan itu secara aktual)
2. Membership in Group and Out
Group ( Keanggotaan dalam Kelompok dan Kelompok luar )
Seperti yang disebutkan pada pembahasan di atas, tiap
individu yang hidup dalam suatu kelompok pasti mengadakan social learning.
Dengan demikian ia dapat melakukan interaksi sosial dan berperan di dalam
kelompok dan ia betah hidup bersama dengan anggota-anggota kelompok dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam keadaan itu, individu telah menjadi membership dari kelompoknya, seperti
anggota anggota kelompok yang lain. Membership adalah seseorang yang diizinkan
menikmati keikutsertaan di dalam fungsi sosial dengan orang-orang yang mungkin
menerima satu atau lebih kelengkapan seperti kesamaan. Newcomb (dalam Santoso,
2010 : 8)
Kenggotaan/ membership seseoran dapat lebih dari satu pada
tempat dan waktu ynag bersamaan dihapadi saat itu. Stanfeld dan S. Sargent
mengungkapkan bahwa keanggotaan kelompok adalah ke arah siapa ia masuk secara
nyata, seperti keluarga, kelompok bermain, gang atau sekolah. kenaggotaan
seseorang menjadikan ia mengikuti norma –norma sosial kelompoknya bersikap dan
bertingkah laku serta berinteraksi sosial secara intensif dan mendalam dengan
sesama anggota kelompok. Ia tidak dapat mengingkari tuntutan norma sosial
karena ia takut pada sanksi yang akan diterimanya. Ia juga harus melakukan
interaksi yang mendalam dengan sesama anggota kelomok sehingga ia tidak
ditinggalkan oleh anggota yang lain.
Dalam keadaan seperti itu, ia memiliki “ sense of belonginess” yang menurut Gerungan (dalam Santoso, 2010 : 8) berarti suatu sikap persaan bahwa ia termasuk di dalam suatu
kelompok sosial, di dalamnya ia mempunyai peranan dan tugasnya , sehingga ia
pun merasakan semacam kepuasan diri, dan ia merasa berharga sebgai anggota
kelomopok tersebut.
Fungsi sense of
belonginess adalah :
a. Sebagai suatu faktor yang menstabilkan tingkah laku dan
perasaan
b. Sebagai suatu sokongan moral kepada individu anggota kelompok
c. Sebagai suatu usaha mengatasi kesulitan yang dihadapi, karena ia pasti akan mendapat bantuan aggota kelompok lain
b. Sebagai suatu sokongan moral kepada individu anggota kelompok
c. Sebagai suatu usaha mengatasi kesulitan yang dihadapi, karena ia pasti akan mendapat bantuan aggota kelompok lain
Sense ofbelonginess
seorang individu semakin mendalam dalam kelompoknya
tergantung pada sikap, tingkah laku, dan sumbangan yang bersangkutan kepada
kelompoknya. Semakin mendalam sense of belonginess dari masing-masing anggota
kelompok semakin kuat kedudukan interaksi dan solidaritas yang ada dalam
kelompok tersebut.
REFERENSI
REFERENSI
Santoso, Salmet. 2010. Penerapan
Psikologi Sosial. Surabaya: Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar