Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Bimbingan
Belajar
PENGANTAR
Pendidikan
berproses sekurang-kurangnya dalam tiga bidang yaitu, kurikulum dan
pembelajaran, manajemen pendidikan, dan bimbingan konseling. Ketiganya mengarah
pada satu tujuan, yaitu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.Guru
BK (konselor) adalah pendidik yang memfasilitasi perkembangan seluruh potensi
siswa dari berbagai aspek, mulai dari aspek pribadi, psikologi, maupun dari
aspek sosial. Guru BK memberikan bimbingan dalam menyiapkan siswa menentukan
pilihannya secara mandiri.
Seluruh siswa memerlukan BK (bimbingan- konseling) mulai jenjang paling rendah
sampai jenjang paling tinggi, dan mulai dari kemampuan paling tinggi apalagi
yang rendah. Karena BK tidak hanya berurusan dengan kemampuan akademik saja
melainkan mencakup semua aspek yang dimiliki oleh siswa, sehigga minat dan
motivasi belajar siswa bangkit dan potensi serta kepribadiannya berkembang secassra
optimal.
PEMBAHASAN
A. Uraian Tentang Bimbingan
Stone dan Sherter merumuskan bimbingan sebagai process
of helping individuals to understand themselves and their world.
Sedangkan dalam kurikulum 1975
mengartikan bimbingan adalah suatu proses bantuan khusus yang diberikan
kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan- kemungkinan dan kenyataan-
kenyataan adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangannya yang
optimal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan diri, dan bertindak
serta bersikap dengan tuntutan dan keadaan sekolah , keluarga dan masyarakat.[1]
Berdasarkan pasal 27 peraturan
pemrintah nomor 29/90, “bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencankan masa
depan”(Depdikbud, 1994.
B. Pengertian Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan dengan
segala sesuatu yang mana menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau
mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut M. Utsman
Najati, Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada
makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan
tertentu.
Motivasi memegang peranan yang
sangat penting dalam kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan
belajar, tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan
belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya,
dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan
belajarnya. Ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling
berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses
motivasi belajar. Proses motivasi belajar ini meliputi tiga langkah yaitu;
1)
Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong belajar
(desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan belajar ) yang menimbulkan suatu
ketegangan atau tenson.
2)
Berlangsungnya kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada pencapaian
tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3)
Pencapaian tujuan belajar dan berkurangnya atau hilangnnya ketegangan.
Sumber motivasi dapat datang dari
dirinya, kesadaran dan pemikiran dirinya, dapat juga dari luar, dari orang tua,
guru-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan mediamassa. Orang
tua dan sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan menjalin hubungan dengan
peserta didik agar tercipta motivasi positif terhadap belajar. Sebaliknya
menjauhkan dengan hal-hal yang kemungkinan menimbulkan motivasi negatif
terhadap kegiatan belajar siswa.
Motivasi belajar adakalanya
muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan,
memiliki kecakapan atau kompetensi, motivasi yang seperti ini termasuk pada
motivasi intrinsik, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi
belajar yang didorong hal lain diluar belajar, akan tetapi masih ada
hubungannya dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan
ijazah, ingin diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang tua dan
sebagainya.
Didalam program bimbingan dan
konseling baik motivasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya.
Motivasi positif dalam rangka pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta
dalam pemberian treatment kepada siswa. Motivasi negatif juga penting sebab
peserta didik memperlihatkan tingkah laku belajar yang tidak produktif karena adanya
motivasi negatif tertentu. Dengan demikian motivasi negatif dibutuhkan dalam
memahami latar belakang suatu masalah, sedangkan motivasi positif diperlukan
dalam pemecahan masalah.
Dibawah ini adalah bentuk-bentuk perilaku kurang
motivasi belajar antara lain:
- Kelesuan dan ketidakberdayaan,
seperti; malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjan
tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani
yang kurang baik, perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk dan sebagainya.
- Penghindaran atau pelarian
diri, seperti; absen sekolah, bolos, tidak mengikuti pelajaran tertentu,
tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat, pelupa dan sebagainya.
- Penentang, seperti; kenakalan,
suka mengganggu, merusak, tidak menyukai sesuatu pelajaran atau kegiatan,
mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
- Kompensasi, seperti; mencari
kesibukan lain diluar pekerjaan, mengerjakan tugas lain pada waktu
belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting dan sebagainya.[6]
C. Definisi Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar atau akademik
ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih
program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran- kesukaran yang timbul
berkaitan dengan tuntutan- tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
Belajar merupakan semua aktifitas
yang dilakukan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan kemampuan atau
kompetensi, yang mana dapat berlangsung disekolah ataupun diluar sekolah,
pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah bersama
guru atau dengan bimbingan guru. Keberhasilan belajar dan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh motivasi, sebab motivasi belajar dapat diumpamakan mesin atau
motor yang menggerakkan perahu belajar. Parapeserta didik yang belajar secara
teratur, rajin, sungguh- sungguh, tekun dsb karena mereka memiliki motivasi
belajar yang kuat.[8]
D. Sebab- Sebab Kurang Motivasi
Belajar
am mengajar dikelas tidak hanya
menyajikan bahan pelajaran, tetapi juga menciptakan situasi kelas, interaksi,
kerjasama, memberikan arahan, petunjuk, penjelasan, serta dorongan, rangsangan,
motivasi agar peserta didik belajar secara optimal.
Proses penguasaan pengetahuan,
nilai- nilai, keterampilan dan pengembangan kemampuan berfikir membutuhkan
suasana lingkungan yang kondusif, terutama suasana lingkungan sosial dalam
kelas. Kondisi emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan kemampuan berfikir, keterampilan, bahkan keseluruhan pribadi
siswa. Suasana kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, perlakuan
guru yang bersahabat dapat membangkitkan kegairahan dan motivasi belajar. Dalam
penciptaan kondisi kelas tersebut peranan guru sangat penting, karena di dalam
kelas guru adalah pengelolah, pemimpin, dan panutan siswa, selain itu dia juga
sebagai sumber belajar, sumber insprirasi dan motivasi. Dengan demikian suasana
kelas dan perlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama besar atau kecilnya
motivasi belajar siswa.
Penyebab kedua yaitu datang dari
lingkungan keluarga, yang mana lingkungan keluarga ini sangat amat berpengaruh
pada kurangnya motivasi belajar siswa. Orang tua dalam keluarga juga berperan
menciptakan suasana belajar yang kondusif dirumah, menyediakan sarana dan
fasilitas belajar yang dibutuhkan oleh siswa.
Situasi hubungan sosial, suasana
emosional dan disiplin yang demikian akan menumbuhkan suasana yang hebat,
membangkitkan motivasi dan memperlancar perkembangan belajar para siswa.
Sebaliknya hubungan sosial yang banyak mengandung sikap curiga, permusuhan,
ketidakpercayaan, suasana emosi yang tawar atau cenderung ke arah kebencian,
penerapan disiplin yang bersifat otoriter, dsb cenderung akan menurunkan
motivasi, dan menghilangkan gairah belajar.
Disamping faktor lain yang bersumber
dari sekolah dan keluarga, motivasi belajar dapat datang dari diri peserta
didik sendiri. Kondisi kesehatan yang prima, baik kesehatan jasmani maupun
rohani menjadi dasar yang kuat bagi tumbuhnya motivasi belajar. Kondisi
kesehatan akan berkembang persepsi, sikap yang sehat dan realistik, emosi yang
stabil. Keceriaan, kesenangan, kebahagiaan dsb. Sedangkan kondisi yang kurang
sehat maka akan menumbuhkan kondisi sosial yang kurang sehat pula, dan dapat
menjadi pangkal dari rendahnya motivasi untuk maju, motivasi untuk berprestasi.
Tumbuhnya kondisi pribadi yang sehat juga dilatar belakangi oleh dasar- dasar
yang dikembangkan olah keluarga. Keluarga terutama ayah dan ibu memegang
paranan kunci dalam pembentukan pribadi anak, dan memberi dasar- dasar bagi
kemajuan belajarnya.
E. Solusi Mengatasi Kurang
Motivasi Belajar Siswa
Kurang atau rendahnya belajar
seorang peserta didik bukan suatu hal yang tanpa sebab, akan tetapi ada
sebabnnya. Yang mana telah dikemukakan di depan bahwa sebab- sebab rendahnya
atau kurangnya motivasi belajar siswa itu berasal dari guru, sekolah, dan
teman- temannya, dari pihak keluarga terutama ayah dan ibu atau saudara-
saudaranya, dan juga berpangkal dari diri sendiri, kesehatan pribadi dan
reaksi- reaksi terhadap lingkungannya. Untuk membantu peserta didik yang kurang
motivasi belajar, perlu kita ketahui terlebih dahulu hal- hal yang melatar
belakanginya. Seperti halnya pada masalah bimbingan dan konselig pada umumnya,
pada masalah rendahnya motivasi belajar yang dicoba diperbaiki atau dihilangkan
bukan motivasinya tetapi hal- hal yang melatar belakanginya.
Disamping pemberian layanan- layanan
secara khusus terhadap peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar,
dengan latar belakang masing- masing yang secara khusus pula, konselor atau
guru pembimbing dapat melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan motivasi
belajar para siswa. Pembangkitan motivasi ini dapat dilakukan secara langsung
oleh konselor atau guru pembimbing sendiri, dapat juga dilakukan melalui
guru kelas, guru bidang studi atau guru- guru pembina kegiatan ekstra
kurikuler.
Dibawah ini beberapa upaya untuk
mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh konselor antara
lain:
1. Konselor dapat memberikan informasi,
penjelasan disertai dengan contoh- contoh tentang pentingnya belajar, kemajuan-
kemajuan yang dapat dicapai dalam belajar, orang- orang sukses karena rajin dan
giat belajar.
2. Terhadap kelas, kelompok atau
individu peserta didik yang berprestasi diberi pujian, ganjaran ataupun hadiah.
Untuk membangkitkan motivasi belajar secara sederhana konselor dapat melakukan
melalui pemberian pujian. Pujian akan membangkitkan semanagat.
3. Penghargaan terhadap pribadi anak,
semua orang termasuk anak- anak dan remaja ingin diterima dan dihargai. Upaya
untuk membangkitkan motivasi belajar perlu dilandasi oleh sikap dan penerimaan
yang wajar dan konselor terhadap keberadaan dan pribadi siswa.
Dibawah ini beberapa upaya
untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru
antara lain:
1. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari
pembelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul- betul
dirasakan oeh peserta didikkanmembangkitkan motivasi belajar siswa.
2. Memilih materi yang atau bahan pembelajaran
yang benar- benar dibutuhkan oleh peserta didik, yang mana yang dibutuhkan akan
menarik minat siswa, dan minat merupakan salah satu bentuk dari motivasi.
3. Memilih cara penyajian yang
bervariasi yang mana sesuai dengan kemapuan peserta didik dan banyak memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk ikut andil atau berpartsipasi dalam kelas
tersebut, yang mana peserta didik akan lebih merasa lebih semangat dari pada
hanya sekedar mendengar saja (monoton)
4. Memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk sukses. Sukses yang telah dicapai oleh peserta didik akan
membuahkan sebuah motivasi belajar yang sangat besar.
5. Berilah kemudahan dan bantuan dalam
belajar. Tugas seorang guru atau pendidik disekolah tidak lain untuk membantu
perkembangan siswa. Agar perkembangan peserta didik lancar, berilah kemudahan-
kemudahan dalam belajar, dan janganlah guru mempersulit perkembangan belajar
peserta didik karena akan berakibat fatal kepada peserta didik.
6. Berikanlah sebuah pujian, ganjaran
atau sebuah hadiah, karena itu sangat membuat peserta didik termotivasi, sama
dengan konselor, guru- guru juga dapat membangkitkan motivasi belajar melalui
pemberian pujian, ganjaran, atau kalau perlu hadiah.[11]
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan atau kurangnya
motivasi belajar siswa itu meliputi beberapa hal natara lain;
1) Tidak ada kesiapan fisik dan mental
untuk menerima pelajaran karena terlalu lelah dab tidak ada kesempatan belajar
dirumah, tidak
2) Tidak konsentrasi dalam belajar karena merasa
takut, dibenci dan merasa selalu di hokum oleh guru
3) Tidak ada dorongan untuk mencapai
suatu cita- cita yang tinggi dari orang tua karena latar belakang pendidikan
dan kognisi sosi- ekonomi yang kurang atau lemah
4) Kurang motivasi belajar karena
kurangnya rangsangan dari ligkungan untuk giat belajar
5) Sebab- sebab dari kurangnya motivasi
belajar itu meliputi dari lingkungan yang kurang kondusif, dukungan dari
keluarga, kesehatan peserta didik (mental)
6) Upaya untuk dapat mengatasi kurang
motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh pendidik atau konselor antara lain:
-
Konselor
dapat memberikan informasi
-
Menjelaskan manfaat dan tujuan dari
pembelajaran yang diberikan
-
Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah
hadiah
-
Berilah
kemudahan dan bantuan dalam belajar
-
Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk sukses
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata,
Nana Syaodih, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek Mengembangkan Potensi
dan Kepribadian siswa, Maestro.Bandung, 2007.
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Disekolah, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 2002.